Home » » FILSAFAT CINTA

FILSAFAT CINTA

Written By Unknown on Saturday, February 6, 2010 | 11:00 AM



Dalam perjalanan menuju manifestasi, jiwa melewati empat keadaan, 'Ilm, 'Ishq, Wujud, Shuhud.
'Ilm adalah keadaan awal dari kesadaran, kecerdasan murni. 'Ishq adalah cinta, tahap kecerdasan
berikutnya menuju manifestasi; karena itu kecerdasan dan cinta sama unsurnya. Benda-benda
seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki kecerdasan, sehingga tak memiliki cinta, kecuali
suatu persepsi kecil tentang cinta yang ada di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Tetapi di
antara hewan dan burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka
dapat menunjukkan diri. Wujud adalah dunia obyektif, yang diciptakan untuk dicintai, karena cinta
tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu yang dicintai. Shuhud adalah realisasi pengalaman cinta
dalam aspek apapun.

Kata cinta, dalam bahasa Inggris 'love', dalam bahasa Sanskrit 'Lobh', berarti keinginan, hasrat.
Cinta adalah hasrat untuk menyadari sesuatu yang dicintai. Karena itu, Shuhud, realisasi cinta,
merupakan satu-satunya tujuan setiap jiwa. Cinta, dalam berbagai aspeknya, dikenal pula dengan
sebutan: kehendak, keinginan, hasrat, kebaikan, suka, dan lain-lain.

Di dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya kepada sesuatu,
pada saatnya akan membuat sesuatu itu mengungkapkan rahasianya, sehingga manusia dapat
mengetahui bagaimana cara mengembangkan, mengendalikan, dan memanfaatkannya. Tak
seorang pun dapat mengetahui seseorang, sebesar apapun keinginannya untuk tahu, kecuali
dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar yang terbuka, dan mata luar
hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani. Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat kaca
mata? Karena itulah kita mengagumi semua yang kita cintai, dan kita buta terhadap kebaikan
orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan, tetapi tanpa cinta, mata
kita tak dapat melihat kebaikan mereka. Seseorang atau sesuatu yang kita cintai mungkin
mempunyai keburukan pula, tetapi karena cinta melihat keindahan, kita hanya melihat kebaikan
itu. Kecerdasan sendiri dalam langkah selanjutnya menuju manifestasi adalah cinta. Ketika cahaya
cinta telah dinyalakan, hati menjadi transparan, hingga kecerdasan jiwa dapat melihat melaluinya.
Namun sebelum hati dinyalakan dengan api cinta, kecerdasan, yang senantiasa berupaya untuk
mengalami hidup di permukaan, meraba-raba dalam kegelapan.

Seluruh alam semesta diciptakan untuk cinta. Manusia adalah yang paling mampu melakukannya.
Bila kita memiliki batu di dalam rumah dan kita sangat menyukainya, batu itu tidak akan menyadari
cinta kita sejauh yang disadari oleh tumbuh-tumbuhan. Bila kita memiliki sebuah tanaman dan kita
memeliharanya dengan rasa sayang, ia akan bereaksi dan akan tumbuh. Hewan dapat merasakan
kasih sayang. Bila kita memelihara hewan di rumah, mereka akan lebih banyak merasakan cinta
dan perhatian! Hewan piaraan pada waktunya akan menjadi pengasih seperti anggota keluarga.
Anjing Nabi Yusuf telah memberi makan kepada tuannya ketika beliau berada di dalam sumur
sampai beliau ditemukan oleh orang yang berjalan melalui tempat itu. Dikisahkan, kuda seorang
Arab yang tewas di medan perang tetap menungguinya selama tiga hari, menjaga mayatnya dari
burung pemakan bangkai, sampai ia ditemukan kawannya. Tetapi manusia, yang memiliki
kecerdasan terbanyak, memiliki cinta terbanyak secara alamiah.

Semua ini menunjukkan bahwa ciptaan telah berevolusi dari mineral ke tumbuh-tumbuhan, dari
tumbuh-tumbuhan menjadi kehidupan hewan, dan dari hewan ke manusia, berupa perkembangan
cinta secara bertahap.

Para Sufi berkata bahwa alasan penciptaan adalah karena Yang Mahasempurna ingin mengetahui
diri-Nya, dan melakukannya dengan membangkitkan cinta dari sifat-Nya dan membuatnya menjadi
obyek cinta, yang merupakan keindahan. Dengan makna ini, para darwis saling menghormati satu
sama lain dengan berkata, "Ishq Allah, Ma'bud Allah" -- 'Allah adalah cinta dan Allah adalah
[kekasih] yang dicintai.' Seorang penyair Hindustan berkata, "Hasrat untuk melihat kekasih
membawaku ke dunia, dan hasrat yang sama untuk melihat kekasih membawaku ke surga."
Karena cinta merupakan sumber ciptaan dan pemelihara nyata dari semua keberadaan, maka, bila
manusia tahu bagaimana cara memberikannya kepada dunia di sekelilingnya sebagai simpati,
sebagai kebaikan, pelayanan, ia memberi kepada semuanya makanan kepada setiap jiwa yang
lapar. Jika orang mengetahui rahasia hidup ini ia akan menguasai dunia dengan pasti.
Cinta selalu dapat dikenal di dalam gagasan, ucapan, dan perbuatan orang yang mencintai,
karena setiap ekspresinya terdapat kehangatan yang muncul sebagai keindahan, kelembutan, dan
kehalusan. Hati yang terbakar oleh api cinta cenderung untuk melelehkan setiap hati yang
dijumpainya.

Cinta menghasilkan pesona pada pecinta sehingga sementara ia mencintai seseorang, semua
mencintai pecinta itu. Magnetisme cinta dijelaskan oleh seorang penyair Hindustan: "Mengapa
tidak semua hati dilelehkan menjadi tetesan-tetesan oleh api yang dipelihara hatiku sepanjang
hidupku? Karena sepanjang hidup aku meneteskan air mata derita karena cinta, pecinta
berkunjung ke kuburku penuh dengan air mata." Untuk mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata, "Aku
akan membuatmu menjadi pemancing manusia." Jalaluddin Rumi berkata: "Setiap orang tertarik
kepadaku, untuk menjadi sahabatku, tapi tak seorang pun tahu apa di dalam hatiku yang
menariknya."

Cinta itu alami dalam setiap jiwa. Semua pekerjaan dalam hidup, penting atau tak penting, dalam
suatu cara cenderung ke arah cinta; karena itu tak seorang pun di dunia yang dapat disebut
sepenuhnya tanpa cinta. Cinta adalah sesuatu yang dibawa setiap jiwa ke dunia, tetapi setelah tiba
di dunia, orang berperan dalam semua kualitas tanpa cinta. Andai tidak, kita pasti sudah pahit,
cemburu, marah, dan penuh kebencian ketika kita lahir. Bayi tak punya kebencian. Anak kecil yang
kita sakiti, dalam beberapa menit akan datang dan memeluk kita.

Mencintai, memuja seseorang yang berhubungan dengan kita baik dalam hal kelahiran, ras,
kepercayaan atau hubungan duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada
pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran seseorang menarik kita seperti magnet, kadangkadang
kita melihat seseorang dan merasa, "Mungkin aku telah mengenalnya." Kadang-kadang
kita berbicara dengan orang lain dan merasakan mudah memahami seolah-olah kedua jiwa saling
mengenal. Semua ini berkaitan dengan 'pasangan jiwa'.

Hati yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada berbagai
macam hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia. Pertama, hati dari metal perlu
lebih banyak waktu dan lebih banyak api cinta untuk memanaskannya, setelah panas ia akan
meleleh dan dapat dibentuk menurut kehendak ketika itu, namun kemudian menjadi dingin
kembali. Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh ketika bersentuhan dengan api,
dan bila mempunyai sumbu ideal, ia akan mempertahankan api itu hingga lilin habis terbakar.
Ketiga, hati dari kertas yang dapat menyala dengan cepat ketika bersentuhan dengan api dan
berubah menjadi abu dalam sekejap.

Cinta itu seperti api. Nyalanya adalah pengorbanan, apinya adalah kearifan, asapnya adalah
keterikatan, dan abunya adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala, demikian pula kearifan yang
muncul dari pengorbanan. Bila api cinta menghasilkan nyala, ia menerangi jalan, dan semua
kegelapan lenyap.

Bila daya-hidup bekerja di dalam jiwa, itu adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah emosi,
dan bila bekerja di dalam tubuh, itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah
yang paling emosional, dan yang paling emosional adalah yang paling bernafsu, sesuai dengan
dataran yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di dalam jiwa, ia mencintai; bila bangkit di dalam
hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api,
nyala api, dan asap. Cinta adalah api di dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia
adalah asap bila ia menjelma melalui tubuh.

Cinta pertama adalah bagi diri sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya yang sejati dan
ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya pencerahan, manusia menjadi egois hingga ia menjadi setan.
Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis kelamin. Bila demi cinta, ia bersifat surgawi; dan bila
demi nafsu, ia bersifat duniawi. Bila cukup murni, cinta ini tentu dapat menghilangkan gagasan
tentang diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta ketiga diperuntukkan bagi
anak-anak, dan ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah. Memberikan cinta kepada
anak-anak, adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan oleh Pencipta,
tetapi bila cinta ini meluas hingga mencakup seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia
menjadi orang-orang pilihan Allah.

Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta akan-anak itu kepada orang
tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula
terpusat pada diri sendiri. Muhammad s.a.w. ditanya seseorang, "Cinta siapa yang lebih besar,
cinta anak-anak kepada orang tua mereka, atau cinta orang tua kepada anak-anaknya?" Beliau
menjawab, "Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua hal, mereka berpikir
bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia mengharap untuk hidup di dalam
kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu
hari orang tuanya akan mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang
tua mereka." Orang itu bertanya, "Cinta ayah atau ibu-kah yang lebih besar?" Nabi menjawab,
"Ibu. Ia berhak memperoleh penghormatan dan pelayanan, karena surga terletak di bawah
kakinya." Cinta orang tua adalah cinta yang paling diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal.
Alkisah, Shirvan Bhagat adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya yang sangat tua,
hingga tak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada pelayanan anak lelaki satu-satunya.
Shirvan begitu berbakti kepada mereka hingga ia mengorbankan kebebasan dan kesenangan
hidup agar dapat melayani mereka. Dengan lembut ia memenuhi setiap panggilan mereka, dan
dengan sabar menghadapi semua kesulitan yang berkaitan dengan ketuaan mereka.

Suatu hari, orang tua itu berkata bahwa mereka sangat ingin berziarah ke Kashi. Anak yang saleh
itu seketika menyetujui kehendak mereka, dan karena pada saat itu belum ada kendaraan, mereka
pergi berjalan kaki. Ia membuat keranjang, memasukkan orang tuanya ke dalamnya,
mengangkutnya dengan punggungnya, dan menempuh perjalanan ribuan mil melalui hutan,
pegunungan, dan sungai-sungai.

Ia menempuh perjalanan itu berbulan-bulan, tetapi sebelum sampai, nasib malang menimpa. Atas
perintah orang tuanya, Shirvan meletakkan keranjangnya di tanah dan pergi untuk mengambil air.
Ketika berada di dekat sungai, ia terkena panah Raja Destaratha, yang sebenarnya diarahkan
kepada seekor kijang. Mendengar teriakan manusia, Raja itu datang kepadanya, dan menangis
sejadi-jadinya. Ia berkata, "Adakah sesuatu yang dapat kulakukan untukmu?" Shirvan berkata,
"Aku sedang sekarat. Aku hanya punya satu keinginan, yaitu memberi air kepada orang tuaku;
mereka haus karena terik matahari." "Hanya itu? Aku akan melakukannya dengan senang hati
sebagai tugas pertamaku." Shirvan berkata, "Bila tuan ingin melakukan yang lain, maka rawatlah
mereka dan pastikan bahwa mereka dibawa ke Kashi, meskipun aku ragu apakah mereka akan
hidup lebih lama setelah aku pergi."

Raja itu pergi, membawa air di tangannya dan memberikannya kepada orang tua itu tanpa
mengucapkan sepatah kata, khawatir mereka tidak akan mau minum bila mendengar suara orang
asing. Orang tua itu berkata, "Hai anakku, sepanjang hidup, kami tak pernah melihatmu sedih. Ini
adalah pertama kali engkau memberi kami air tanpa mengucapkan kata cinta yang selalu memberi
kami hidup baru." Raja Destaratha menangis, dan menceritakan kematian Shirvan. Mendengar itu,
mereka tak dapat lagi hidup untuk menikmati air itu. Mereka hanya hidup karena anak mereka,
mereka menarik napas dalam, berkata "Oh, anakku Shirvan", dan meninggal.

Kisah di atas menjadi tradisi di India, dan ada pengikut dari tradisi itu yang membawa keranjang di
pundaknya ke mana-mana, mengajarkan kebaktian dan pelayanan kepada orang tua.
Bila cinta dipusatkan pada satu obyek, ia adalah cinta. Bila diarahkan ke beberapa obyek, ia
disebut kasih. Bila seperti kabut, ia disebut nafsu. Bila cenderung kepada moral, ia adalah
kebaktian. Bila diperuntukkan bagi Allah, Yang Mahaberada dan Mahaperkasa, yang merupakan
Keberadaan Total, ia disebut cinta ilahi, pecinta itu disebut suci.

Tiada daya yang lebih besar daripada cinta. Semua kekuatan muncul ketika cinta bangkit di dalam
hati. Orang berkata, "Ia berhati lembut, ia lemah," tetapi banyak orang yang tidak tahu kekuatan
apa yang muncul dari hati yang menjadi lembut dalam cinta. Seorang serdadu bertempur di medan
perang demi cinta kepada rakyatnya. Setiap pekerjaan yang dilakukan dalam cinta, dilakukan
dengan seluruh daya dan kekuatan. Khawatir dan alasan, yang membatasi daya, tak mampu
melawan cinta. Seekor induk ayam, meskipun sangat takut, dapat melawan seekor singa untuk
melindungi anak-anaknya. Tiada sesuatu yang terlalu kuat bagi hati yang mencintai.

Daya cinta menyelesaikan semua urusan dalam hidup sebagaimana daya dinamit yang
mengalahkan dunia. Dinamit membakar segala sesuatu, demikian pula cinta: bila terlalu kuat ia
menjadi roda pemusnah, dan segalanya menjadi salah dalam hidup pecinta. Itulah misteri yang
menjadi penyebab penderitaan hidup seorang pecinta. Namun, pecinta itu mengambil manfaat
dalam kedua kasus. Bila ia menguasai keadaan, ia seorang penguasa (master). Bila ia kehilangan
semuanya, ia orang suci.

Cinta mengatasi [berada di atas] hukum, dan hukum berada di bawah cinta. Keduanya tak dapat
dibandingkan. Yang satu dari langit, yang satu dari bumi. Bila cinta mati, hukum mulai hidup.
Maka, hukum tak pernah menemukan tempat bagi cinta, demikian pula cinta tak dapat membatasi
diri dengan hukum; hukum itu terbatas, dan cinta itu tak berbatas. Seseorang tak dapat memberi
alasan mengapa ia mencintai orang tertentu, karena tiada alasan bagi segalanya kecuali cinta.
Waktu dan ruang berada di dalam genggaman cinta. Perjalanan ribuan kilometer terasa hanya
beberapa meter dalam kehadiran orang yang dicintai, dan beberapa meter terasa ribuan kilometer
tanpa kehadirannya. Satu hari berpisah dalam cinta sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun
bersama kekasih terasa hanya sehari.

Bila ada pengaruh yang melindungi di dunia ini, itu tak lain dari cinta. Dalam segala aspek
kehidupan, ke mana pun kita mencari perlindungan, motifnya selalu cinta. Tak seorang pun dapat
mempercayai suatu perlindungan, betapa pun besarnya, kecuali perlindungan yang diberikan oleh
cinta. Kalau seorang raksasa menakuti seorang anak kecil, anak itu akan berkata, "Aku akan
katakan kepada ibuku." Daya kekuatan manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan
perlindungan cinta yang diberikan ibu kepada anaknya.

Cinta dapat menyembuhkan lebih dari apa pun di dunia. Tak ada sesuatu seperti sentuhan
seorang ibu ketika anaknya menderita sakit. Tak ada penyembuh yang lebih baik daripada
kehadiran orang yang dikasihi bila seorang pecinta sakit. Bahkan anjing dan kucing pun
disembuhkan dengan sedikit sentuhan cinta.

Untuk membaca pikiran, untuk mengirimkan dan menerima pesan telepati, orang mencoba proses
fisik dengan sia-sia. Andai mereka tahu bahwa rahasia semua itu berada di dalam cinta!
Seorang pecinta mengetahui semuanya: kesenangan, kesedihan, pikiran dan imajinasi orang yang
dicintainya. Tiada ruang atau waktu yang menghalanginya, karena arus telepati secara alami
terjadi antara pecinta dan kekasihnya. Imajinasi, pikiran, mimpi dan visi seorang pecinta,
semuanya mengungkapkan segala sesuatu tentang obyek yang dicintainya.

Konsentrasi, yang merupakan rahasia setiap pencapaian dalam hidup, dan faktor terpenting dalam
semua aspek hidup, terutama dalam jalur agama dan mistisisme, merupakan bal yang alami dalam
cinta. Orang tanpa cinta akan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam jalur ini, dan akan selalu
gagal untuk memusatkan pikiran mereka pada satu obyek. Tetapi cinta memaksa pecinta,
menahan visi tentang kekasihnya di depan pandangannya. Maka pecinta tak perlu berkonsentrasi
dalam pikirannya. Cintanya sendiri adalah konsentrasi yang memberinya penguasaan atas semua
hal di dunia. Pecinta itu mencapai cintanya dan daya konsentrasi sekaligus. Bila ia tak mencapai
obyeknya, maka ia terangkat ke atasnya. Dalam kedua kasus, pecinta itu memperoleh upahnya.

Di ambil dari ebook Hikayat cinta, karya Hazrat inayat Khan,
Naskah asli: http://www.mursyid.org/Khan/V/Vp4.htm
diterjemahkan oleh R. Sunarman [rasyid@indo.net.id]
Share this article :

Writing By : Unknown ~ Special For You

Bathiex Madreem reading an article about FILSAFAT CINTA. Please you have fun at the All Information blog, please listen while you download dangdut songs of java below, grateful for all the information .. thank you

:: Get this widget ! ::

11:00 AM

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Free Download | I Feeling Lucky | Auto Speed Racing
Copyright 2010 Ndalem Bathiex Madreem All rights reserved.Template Created by Creating Website Unauthorized duplication or publication of any materials from this Site is expressly prohibited.Suport by Free Download From bathiex madreem